PolluxTier – Perkembangan gaya hidup digital yang semakin melekat pada keseharian masyarakat sejak pandemi Covid-19 membawa konsekuensi baru bagi kesehatan. Salah satunya adalah meningkatnya keluhan nyeri leher yang kini banyak dialami berbagai kalangan, dari pekerja kantoran hingga pelajar.
Fenomena ini tidak lepas dari kebiasaan work from home (WFH), belajar daring, serta penggunaan ponsel dan gadget untuk hiburan. Aktivitas tersebut membuat area leher dan bahu menerima beban berlebih karena postur tubuh yang salah.
“Sekarang banyak yang WFA (work from anywhere), kursinya mungkin tidak ergonomis, pakai laptop atau ponsel, dan posisi lehernya menunduk. Risiko nyeri leher otomatis meningkat,” jelas dr. Andra Hendriarto Sp.OT (K) dalam acara edukasi media yang digelar Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, Rabu (17/9/2025).
“Baca Juga : Purbaya Tegaskan Akan Hapus Peredaran Rokok Ilegal dan Tindak Oknum Bea Cukai”
Menurut dr. Andra, perbedaan lingkungan kerja sangat berpengaruh. Saat berada di kantor, biasanya kursi dan meja komputer sudah didesain ergonomis, sehingga posisi tubuh lebih ideal. Namun, bekerja dari rumah atau kafe sering membuat orang asal memilih posisi duduk, bahkan sekadar beralaskan kursi biasa.
Kebiasaan ini menyebabkan posisi layar tidak sejajar dengan mata, sehingga kepala harus condong ke depan. Kondisi ini dikenal dengan istilah text neck. Saat kepala menunduk, beban yang ditopang tulang leher bisa meningkat berkali lipat dari berat kepala normal.
“Akibatnya, otot leher, bahu, dan punggung atas harus bekerja ekstra. Kalau berlangsung lama, otot bisa mengalami peradangan mikro, aliran darah berkurang, bahkan saraf sekitar ikut teriritasi,” tambahnya.
Keluhan awal biasanya berupa rasa kaku atau pegal di leher. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat berkembang menjadi nyeri yang menjalar hingga ke lengan atau memicu sakit kepala.
Gejala ini muncul karena otot dan jaringan di sekitar leher tidak mendapat waktu istirahat cukup, sementara tekanan terus berlangsung akibat kebiasaan menunduk.
Meski pengobatan bisa dilakukan dengan obat antinyeri atau fisioterapi, dr. Andra menekankan bahwa pencegahan jauh lebih penting.
Beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan antara lain:
“Cukup lakukan peregangan sederhana, seperti memutar bahu atau menggerakkan kepala ke kiri dan kanan. Itu membantu melancarkan aliran darah sekaligus mengurangi kekakuan otot,” tuturnya.
Dengan kesadaran menjaga postur tubuh dan pola penggunaan gadget, nyeri leher akibat gaya hidup digital dapat diminimalkan sejak dini.