PolluxTier – Duka akibat Banjir dan longsor di Sumatera kian mendalam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban tewas mencapai 1.016 jiwa per Minggu, 14 Desember 2025. Angka ini bertambah 10 orang dibandingkan sehari sebelumnya. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyampaikan bahwa penambahan korban ditemukan dari hasil pencarian terbaru di lokasi terdampak. Sebanyak sembilan korban berasal dari Aceh, sementara satu korban ditemukan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Setiap penambahan angka bukan sekadar statistik, melainkan cerita kehilangan yang menyayat hati. Tim SAR terus bekerja dalam kondisi medan sulit, berpacu dengan waktu dan cuaca. Di balik data resmi, ribuan keluarga kini harus menghadapi kenyataan pahit kehilangan orang-orang tercinta.
Aceh Menjadi Wilayah dengan Dampak Terberat
Provinsi Aceh kembali menjadi wilayah dengan dampak paling besar dalam bencana kali ini. Penambahan sembilan korban jiwa dalam satu hari menunjukkan betapa beratnya situasi di lapangan. Banjir bandang dan longsor merusak permukiman, memutus akses jalan, serta menyulitkan proses evakuasi. Banyak daerah masih terisolasi, memaksa tim penyelamat menempuh jalur darat yang berbahaya atau menggunakan helikopter. Transisi dari harapan menemukan korban selamat ke kenyataan menemukan jenazah menjadi beban emosional tersendiri bagi petugas. Warga yang selamat kini bertahan di pengungsian dengan keterbatasan fasilitas. Aceh, yang berkali-kali diuji oleh bencana, kembali menunjukkan ketabahan, meski luka yang ditinggalkan kali ini terasa sangat dalam.
“Baca Juga : Gus Ipul Klarifikasi Aturan Donasi: Dorongan untuk Transparansi, Bukan Larangan”
Korban Hilang dan Pengungsian dalam Skala Besar
Selain korban jiwa, BNPB mencatat sebanyak 212 orang masih dinyatakan hilang. Angka ini menjadi pengingat bahwa proses pencarian belum selesai. Setiap hari, keluarga korban menunggu dengan harap cemas, berharap kabar baik dari tim SAR. Sementara itu, jumlah pengungsi mencapai 624.670 orang yang tersebar di berbagai titik penampungan. Banyak di antara mereka kehilangan rumah, mata pencaharian, dan rasa aman. Pengungsian dalam skala besar menghadirkan tantangan logistik, kesehatan, dan psikologis. Anak-anak, lansia, dan kelompok rentan membutuhkan perhatian khusus. Transisi hidup mendadak dari rumah sendiri ke tenda pengungsian menjadi pengalaman traumatis. Di tengah keterbatasan, solidaritas masyarakat dan relawan menjadi penguat bagi para penyintas.
Upaya Pencarian yang Berpacu dengan Medan dan Waktu
Tim pencarian dan pertolongan terus bekerja tanpa henti meski menghadapi kondisi ekstrem. Medan berlumpur, longsoran susulan, serta cuaca yang belum stabil memperlambat proses evakuasi. Abdul Muhari menegaskan bahwa setiap temuan jasad merupakan hasil kerja keras banyak pihak. Transisi dari fase tanggap darurat ke pemulihan masih harus menunggu selesainya pencarian. Alat berat dikerahkan untuk membuka akses dan menyingkirkan material longsor. Namun, kehati-hatian tetap menjadi prioritas agar tidak menambah korban. Di balik helm dan rompi penyelamat, para petugas juga manusia yang merasakan lelah dan duka. Meski demikian, mereka tetap bertahan, digerakkan oleh rasa tanggung jawab kemanusiaan.
“Simak Juga : Permintaan Maaf Presiden Prabowo dan Janji Pemulihan untuk Pengungsi Aceh”
Kunjungan Presiden dan Permintaan Maaf Negara
Presiden Prabowo Subianto telah mengunjungi sejumlah wilayah terdampak, termasuk Aceh Tamiang, Takengon, dan Bener Meriah. Dalam kunjungannya, Presiden menegaskan bahwa pemerintah bekerja keras menangani bencana di Sumatera. Ia juga menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat jika masih ada kebutuhan yang belum tertangani dengan baik. Pernyataan ini mencerminkan pengakuan atas beratnya tantangan di lapangan. Presiden mengajak semua pihak untuk saling menguatkan dan menghadapi situasi sulit bersama. Transisi dari penanganan darurat menuju pemulihan membutuhkan waktu dan kesabaran. Kehadiran kepala negara di lokasi bencana diharapkan memberi semangat bagi korban dan petugas yang masih berjibaku di lapangan.
Harapan Pemulihan dan Masa Depan Anak-anak
Di tengah duka, perhatian juga diarahkan pada masa depan para penyintas, terutama anak-anak. Presiden Prabowo menegaskan komitmen pemerintah untuk mengawal pemulihan pascabencana agar anak-anak bisa segera kembali bersekolah. Sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga ruang pemulihan psikologis bagi anak-anak korban bencana. Transisi kembali ke rutinitas menjadi langkah penting untuk memulihkan rasa normal. Pemerintah bersama pemda dan relawan berupaya menyiapkan fasilitas pendidikan darurat. Harapan ini menjadi cahaya kecil di tengah gelapnya tragedi. Meski jalan pemulihan panjang dan berat, komitmen untuk bangkit perlahan mulai ditanamkan, demi masa depan yang lebih aman dan manusiawi.