PolluxTier – Bener Meriah masih terisolasi akibat bencana ketika Pertamina merayakan ulang tahun ke-68. Untuk menjawab kebutuhan energi warga, 144 tabung Bright Gas 12 kg diterbangkan menggunakan helikopter BNPB dengan metode sling load. Cara ini dipilih karena akses darat benar-benar putus. Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menegaskan bahwa pengiriman tersebut menjadi bagian dari misi kemanusiaan yang harus dipercepat. Ia mengatakan bahwa arahan Presiden Prabowo menekankan pentingnya pemulihan energi secara cepat di wilayah terdampak. Kehadiran LPG di daerah bencana tidak hanya soal pasokan, tetapi juga dukungan moral bagi masyarakat yang sedang berjuang bangkit. Karena itu, setiap tabung yang turun di lokasi membawa harapan baru bagi warga yang mulai menyusun kembali rutinitas harian mereka.
Kolaborasi Besar untuk Pemulihan Cepat
Aksi pengiriman LPG ke wilayah terisolasi tidak mungkin berjalan tanpa kolaborasi erat. Pertamina bekerja bersama BNPB dan relawan Pertamina Peduli untuk memastikan setiap langkah di lapangan berlangsung aman. Menurut Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, kesuksesan misi berasal dari koordinasi yang konsisten. Relawan membantu menyalurkan energi langsung ke posko dan warga, sementara tim logistik menyiapkan rute paling aman untuk helikopter. Dengan kerja sama itu, proses distribusi berjalan lebih cepat meski kondisi alam masih tidak stabil. Bantuan energi juga dialirkan ke fasilitas kesehatan, dapur umum, dan kendaraan operasional. Melalui kolaborasi ini, pemulihan tidak hanya berjalan lebih efektif, tetapi juga lebih manusiawi karena setiap pihak fokus pada kebutuhan warga.
“Baca Juga : The Fed Pangkas Suku Bunga: Sinyal Baru, Ruang Gerak Semakin Sempit”
Strategi Alternatif dan Emergency Menembus Daerah Terisolasi
Untuk menjaga distribusi energi tetap berjalan, Pertamina menerapkan dua strategi utama: Alternatif dan Emergency. Strategi Alternatif dilakukan dengan mengalihkan jalur distribusi darat ketika jalan rusak. Sementara itu, strategi Emergency menggunakan jalur laut dan udara untuk wilayah yang benar-benar tak bisa dijangkau kendaraan. Misalnya, pengiriman Solar dan LPG dilakukan memakai pesawat perintis ke Bener Meriah. Di sisi lain, wilayah Sibolga menerima pasokan melalui jalur laut. Pendekatan ini membuat distribusi tetap bergerak meski kondisi lapangan berubah cepat. Pertamina juga menyiapkan tim yang sigap menilai situasi harian sehingga keputusan dapat diambil segera. Dengan cara ini, suplai energi tetap stabil dan masyarakat terdampak bisa melanjutkan aktivitas penting seperti memasak, menghangatkan ruangan, dan mengoperasikan alat pendukung kesehatan.
Kekuatan Relawan Pertamina Peduli
Lebih dari 140 relawan Pertamina Peduli terjun langsung sejak akhir November dan menjadi tulang punggung pemulihan di lapangan. Mereka membangun 161 posko dan 111 dapur umum untuk melayani ribuan warga. Selain menyalurkan energi, para relawan juga membantu mengoperasikan alat berat dan logistik kesehatan. Kehadiran mereka memberi dukungan emosional bagi masyarakat yang masih mengalami trauma. Setiap relawan menjaga komunikasi intens dengan pusat komando agar distribusi berjalan efisien. Aktivitas ini menggambarkan komitmen Pertamina untuk hadir tidak hanya sebagai penyedia energi, tetapi juga sebagai bagian dari jaringan kemanusiaan nasional. Upaya tersebut menunjukkan bahwa pemulihan pasca bencana membutuhkan sentuhan kemanusiaan, bukan sekadar logistik. Berkat kerja keras relawan, proses penyaluran energi berlangsung lebih cepat dan tetap terjaga kualitasnya.
“Simak Juga : Transformasi Telkom dan Harapan Baru Pemerataan Internet Indonesia”
Pasokan Energi yang Menjaga Aktivitas Warga
Selama masa krisis, energi menjadi kebutuhan utama masyarakat. Pertamina menyalurkan 327 tabung Bright Gas, 26 kiloliter Dexlite dan Pertamax, serta 120 kiloliter Avtur ke berbagai titik penting. BBM digunakan untuk generator dapur umum, mobil operasional, alat berat pembuka jalan, hingga ambulans. Sementara itu, LPG mendukung proses memasak bagi warga di posko. Dengan pasokan ini, aktivitas harian berjalan lebih stabil meski kondisi darurat belum pulih sepenuhnya. Distribusi energi juga membantu tim medis mempercepat layanan, terutama di daerah yang sulit dijangkau. Setiap liter BBM dan setiap tabung LPG berperan langsung dalam menjaga ritme kehidupan masyarakat. Upaya ini memperlihatkan bahwa energi bukan sekadar komoditas, tetapi bagian dari pemulihan sosial setelah bencana besar.
Transformasi Pertamina di Tengah Tantangan
Dalam sambutan HUT ke-68, Simon Aloysius Mantiri menegaskan bahwa Pertamina tengah menjalani transformasi besar. Transformasi tersebut meliputi tata kelola, budaya kerja, bisnis, dan digitalisasi. Menurut Simon, perubahan ini bukan program sesaat, tetapi perjalanan panjang yang perlu dijalankan bersama. Ia menyebut bahwa kemampuan Pertamina merespons bencana Aceh menjadi bukti nyata dari arah transformasi tersebut. Perusahaan kini bergerak lebih cepat, lebih adaptif, dan lebih fokus pada kebutuhan masyarakat. Selain itu, transformasi juga bertujuan memperkuat posisi Pertamina sebagai perusahaan energi nasional yang tangguh menghadapi dinamika global. Dengan fondasi yang semakin kuat, Pertamina berharap dapat terus memberikan layanan terbaik, baik dalam kondisi normal maupun saat negara menghadapi situasi genting.