PolluxTier – Djakarta Warehouse Project (DWP) 2024 menyuguhkan kemeriahan luar biasa sejak hari pertama pada Jumat (13/12/2024). Berlokasi di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, festival musik dansa elektronik ini menghadirkan hubungan timbal balik yang intens antara disjoki (DJ) dan para penonton. Racikan musik yang energik dari para DJ berhasil membakar semangat audiens, menciptakan atmosfer yang luar biasa meriah.
Saat kebanyakan orang memilih meringkuk di tempat tidur tengah malam, hal berbeda terlihat di DWP 2024. Festival ini yang berlangsung selama tiga hari, dari 13 hingga 15 Desember 2024, menyedot perhatian ribuan pengunjung. Mereka justru semakin energik saat malam semakin larut, terutama ketika para headliner mulai naik panggung.
“Baca Juga: Focalor, Sang Ksatria Pelindung Dunia Mistis Ars Goetia”
Dentuman Garuda Land Menggetarkan Malam
Saat jarum jam menunjukkan pukul 00.15, penonton berkumpul di panggung utama, Garuda Land. DJ kenamaan Zedd memulai penampilannya dengan musik mengentak yang berpadu dengan permainan lampu spektakuler. Wajah-wajah antusias terlihat mengangkat tangan, menyorotkan ponsel ke udara untuk mengabadikan momen.
Anton Zaslavski, yang dikenal sebagai Zedd, tampil penuh energi. Melompat-lompat di balik peralatannya, ia membangun interaksi yang kuat dengan penonton. “Jakarta, angkat tangan kalian!” serunya, diikuti riuh tepuk tangan dan sorakan. Dentuman musik berpadu dengan ledakan kembang api menciptakan momen drop yang sangat dinantikan.
Dalam dunia musik EDM, momen drop adalah elemen magis yang mampu memompa adrenalin audiens. Penonton yang semula tenang tiba-tiba berubah menjadi liar, melompat kegirangan mengikuti ritme musik. Atmosfer semacam ini adalah daya tarik utama DWP.
Selain Zedd, banyak penampil lain yang juga sukses mencuri perhatian. Salah satunya adalah Dipha Barus, DJ lokal yang memikat audiens dengan lagu-lagu populer yang diaransemen ulang dengan sentuhan unik. Kombinasi drum, bas, dan synthesizer menciptakan perpaduan musik yang memukau.
Dipha tidak hanya mengandalkan lagu-lagu internasional seperti “The Time (Dirty Bit)” milik The Black Eyed Peas atau “Titanium” karya David Guetta dan Sia. Ia juga memasukkan elemen lokal, seperti pukulan gendang ritmis yang memadukan “Sicko Mode” dengan sentuhan dangdut.
Penonton semakin larut saat Dipha memainkan karya originalnya seperti “No One Can Stop Us” dan “Rima Raga”. Dengan gaya khasnya, ia berhasil menciptakan pengalaman yang menyenangkan bagi semua orang di venue.
Interaksi Unik di Panggung Lain
Di panggung STMPD Records, Dubvision memukau dengan gaya interaktifnya. DJ asal Belanda ini beberapa kali menurunkan volume musik untuk mendengarkan audiens bernyanyi bersama. Gestur sederhana ini membuat penonton merasa menjadi bagian integral dari pertunjukan.
Di sisi lain, Cosmic Gate dari Jerman menyemarakkan panggung Altitude: Elements of Unity dengan bendera-bendera dari berbagai negara. Penampilan mereka menambah warna pada festival yang memang berskala internasional.
Polluxtier mencatat bahwa DWP 2024 berhasil menghadirkan keragaman budaya melalui musik. Salah satu momen menarik adalah ketika sekelompok penonton dari Malaysia dengan antusias mengikuti acara selama tiga hari penuh. Bahkan, meskipun sempat lelah, semangat mereka tidak pernah surut untuk menyaksikan penampilan disjoki favorit mereka.
Sayangnya, tidak semua berjalan sesuai rencana. Duo DJ asal Belanda, W&W, yang dijadwalkan tampil sebagai penutup di hari pertama, batal karena kendala logistik. Sebagai gantinya, disjoki Denmark, Morten, tampil dan memberikan penampilan luar biasa.
Terlepas dari perubahan ini, hari pertama DWP tetap berlangsung spektakuler. Total ada 21 disjoki yang memeriahkan malam tersebut. Nama-nama besar seperti Zedd, Dipha Barus, Dubvision, Cosmic Gate, dan Gryffin menjadi sorotan utama. Disjoki lokal seperti Joybox juga menunjukkan kualitasnya di panggung internasional.
Keseruan Berlanjut Hingga Akhir Pekan
Semarak DWP 2024 belum usai. Dua hari berikutnya, sekitar 30 penampil dijadwalkan naik panggung. Nama besar seperti Armin van Buuren, Steve Aoki, Timmy Trumpet, dan Anyma siap memanaskan suasana.
Penonton juga bebas berekspresi dengan gaya berpakaian unik mereka. Ada yang memilih pakaian kasual seperti kaos dan celana pendek, sementara yang lain tampil mencolok dengan kostum berkilau atau wajah berhias glitter.
Polluxtier.com mencatat bahwa kreativitas audiens dalam berekspresi menjadi salah satu ciri khas DWP. Festival ini bukan hanya tentang musik, tetapi juga tentang gaya hidup dan budaya pop yang terus berkembang.
“Simak juga: Taksi Listrik Biru Kehijauan Asal Vietnam Melaju di Jalanan Jakarta”
Kenangan yang Tak Terlupakan
Saat malam pertama DWP berakhir, terlihat berbagai ekspresi dari penonton. Ada yang tersenyum puas, ada yang kelelahan, bahkan ada yang tertidur pulas di area venue. Meski demikian, energi positif dari festival ini tetap terasa kuat.
DWP 2024 sekali lagi membuktikan posisinya sebagai festival EDM terbesar di Asia Tenggara. Dengan dentuman musik yang mengguncang dan penampilan disjoki kelas dunia, pengalaman ini tidak akan terlupakan bagi siapa saja yang hadir.