PolluxTier – Legenda bulu tangkis Indonesia, Taufik Hidayat, kembali menyuarakan keprihatinannya terhadap performa tim nasional. Setelah hasil kurang memuaskan di Piala Sudirman, Taufik merasa perlu menyampaikan pandangan kritisnya. Ia menyoroti penurunan daya saing atlet Indonesia di ajang internasional. Banyak kalangan mendengarkan suaranya karena rekam jejaknya yang kuat. Taufik bukan hanya mantan juara dunia, tetapi juga sosok yang konsisten memperjuangkan pembinaan atlet.
Dalam turnamen beregu campuran bergengsi itu, Indonesia gagal menembus babak final. Banyak pertandingan berlangsung ketat, namun hasil akhir belum memuaskan. Taufik menyebut bahwa hal ini bukan semata-mata karena kualitas lawan. Menurutnya, ada masalah pada kesiapan mental dan strategi permainan. Ia menyayangkan kurangnya variasi taktik dari beberapa sektor. Selain itu, ia juga menyoroti keputusan tim pelatih dalam menentukan pasangan ganda. Semua aspek perlu evaluasi yang mendalam.
“Baca Juga : Bug WhatsApp di Windows Bisa Bocorkan Data? Ini Penjelasannya”
Taufik juga menyoroti masalah regenerasi atlet yang belum optimal. Ia menyatakan bahwa Indonesia terlalu bergantung pada nama-nama besar. Minimnya talenta baru yang mampu bersaing di level atas menjadi catatan penting. Taufik menekankan bahwa regenerasi bukan hanya soal usia, tetapi juga pembinaan. Banyak pemain muda yang belum siap mental saat diberi kesempatan tampil. Hal ini harus dibenahi lewat pelatihan intensif sejak usia dini.
Selain soal performa atlet, Taufik juga mengkritik sistem pembinaan yang berjalan saat ini. Ia menyebut bahwa ada ketidaksesuaian antara sistem pelatnas dengan kebutuhan turnamen. Pengelolaan waktu latihan, program fisik, dan strategi belum maksimal. Bahkan, ia menyebut bahwa manajemen PBSI perlu lebih terbuka terhadap masukan. Kolaborasi antara mantan atlet dan pelatih aktif seharusnya lebih dimaksimalkan. Jangan sampai ego menghambat kemajuan olahraga nasional.
“Simak juga: Dokter Jelaskan Hubungan Keringat di Tangan dan Penyakit Jantung”
Sebagai tokoh yang peduli terhadap masa depan bulu tangkis Indonesia, Taufik menginginkan reformasi serius. Ia berharap PBSI melakukan audit internal dan memperbaiki manajemen. Menurutnya, pencapaian masa lalu tidak boleh dijadikan alasan untuk stagnasi. Taufik ingin sistem pelatihan yang lebih modern, adaptif, dan berbasis data. Ia juga mendorong agar psikolog olahraga dilibatkan dalam pelatnas. Ini penting untuk membentuk mental juara sejak muda.
Taufik juga membahas soal tekanan besar yang dirasakan atlet muda. Ia merasa banyak pemain yang tampil dengan beban mental berlebih. Harapan publik dan media sering membuat mereka tampil tidak maksimal. Taufik menyarankan agar atlet diberi ruang untuk berkembang tanpa tekanan berlebihan. Ia juga mengingatkan pentingnya dukungan emosional dari tim pelatih dan keluarga. Atlet butuh lebih dari sekadar latihan teknis. Mereka juga butuh ketenangan batin untuk tampil konsisten.
Taufik menekankan pentingnya peran publik dan media dalam membangun ekosistem positif. Kritik yang membangun harus diutamakan daripada ejekan. Ia menyayangkan komentar negatif yang kerap muncul saat atlet kalah. Menurutnya, dukungan moral bisa menjadi dorongan kuat bagi pemain. Ia mengajak masyarakat untuk ikut menjaga semangat para atlet. Kekalahan bukan akhir segalanya, tetapi bagian dari proses belajar. Mental juara tumbuh dari pengalaman dan pembelajaran.