PolluxTier – Perubahan pada urine sering kali dianggap sepele, padahal bisa menjadi sinyal adanya masalah kesehatan serius. Salah satunya adalah urine berbusa. Menurut ahli gizi fungsional, Dr. Reshmi Verma, urine yang berbusa dan tidak hilang meski sudah minum cukup air bisa menandakan adanya protein berlebih dalam urine. Kondisi ini dapat menjadi gejala awal gangguan ginjal atau penyakit autoimun.
Dr. Verma menjelaskan, urine berbusa bisa menjadi tanda khas glomerulonefritis, yaitu kerusakan pada penyaring kecil di ginjal. Penyakit ini biasanya muncul ketika sistem kekebalan tubuh keliru menyerang jaringan sehat. Pada tahap ringan, kondisi ini dapat ditangani dengan perubahan pola makan sehat. Namun, jika dibiarkan, glomerulonefritis dapat berkembang menjadi penyakit ginjal kronis.
“Baca Juga : Hindari 5 Kebiasaan Ini di Pagi Hari, Bisa Merusak Jantung”
Selain glomerulonefritis, busa pada urine juga bisa menunjukkan adanya proteinuria. Proteinuria adalah kondisi di mana terdapat kadar protein tinggi dalam urine. Bila tidak ditangani sejak dini, proteinuria dapat merusak ginjal secara bertahap. Oleh karena itu, pemeriksaan medis sangat disarankan bila gejala ini muncul secara konsisten.
Menurut spesialis urologi, dr. Hilman Hadiansyah, SpU, ada ciri lain pada urine yang perlu diwaspadai. Misalnya, keluarnya batu kecil atau “passing stone” saat buang air kecil yang menandakan batu ginjal. Kondisi ini biasanya disertai darah dalam urine dan nyeri hebat di area pinggang. Selain itu, urine yang berbau menyengat juga bisa menandakan adanya infeksi pada saluran kemih.
“Simak Juga : WN AS Ceritakan Antusiasme Rayakan HUT ke-80 RI di Jakarta”
Pada pasien gagal ginjal, gejala yang paling sering terlihat adalah berkurangnya volume urine. Warna urine juga menjadi keruh, tidak jernih, dan disertai pembengkakan pada kaki akibat ketidakseimbangan cairan tubuh. Gejala ini biasanya dibarengi tubuh terasa lemas karena fungsi ginjal menurun.
Perubahan sekecil apa pun pada urine sebaiknya tidak diabaikan. Pemeriksaan medis diperlukan untuk memastikan apakah perubahan tersebut benar terkait dengan masalah ginjal atau tidak. Dengan deteksi dini, perawatan yang tepat bisa segera dilakukan sehingga risiko komplikasi dapat diminimalkan.