PolluxTier – Perang Rusia-Ukraina semakin memanas pada hari ke-1.009 pada Jumat, 29 November 2024. Rusia serang Ukraina dengan menembakkan 90 rudal dan 100 drone dalam satu hari. Selain serangan udara tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengancam akan menggunakan senjata hipersonik lebih lanjut. Konflik yang telah berlangsung hampir tiga tahun ini menunjukkan eskalasi taktik dan ancaman yang semakin meningkat. Berikut adalah perkembangan terbaru dalam perang ini, dihimpun dari berbagai sumber.
Rusia serang Ukraina dengan 90 rudal jelajah dan 100 drone, yang diluncurkan ke beberapa kota besar Ukraina seperti Odesa, Kharkiv, dan Kropyvnytskyi. Infrastruktur energi Ukraina menjadi target utama dalam serangan ini, mengakibatkan pemadaman listrik besar-besaran yang mempengaruhi satu juta orang. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyebut serangan tersebut sebagai eskalasi taktik teroris Rusia yang sangat tercela. Ukraina melaporkan bahwa mereka berhasil menembak jatuh 79 rudal dan 35 drone Rusia, meskipun kerusakan yang ditimbulkan sangat besar.
“Baca juga: Jerman Siapkan Bunker untuk Warga, Isyarat Perang Dunia Ketiga Semakin Dekat”
Presiden Rusia, Vladimir Putin, memberikan peringatan keras terkait penggunaan senjata hipersonik baru mereka, yang dikenal dengan nama Oreshnik. Putin menyebutkan bahwa Rusia tidak mengesampingkan penggunaan rudal hipersonik ini untuk menyerang “pusat-pusat pengambilan keputusan” di ibu kota Ukraina, Kyiv. Ancaman ini muncul beberapa jam setelah serangan udara besar-besaran yang menghantam jaringan energi Ukraina. Putin menegaskan bahwa serangan ini adalah respons terhadap serangan berkelanjutan Ukraina yang menggunakan rudal-rudal buatan Barat, seperti ATACMS dari Amerika Serikat dan Storm Shadow dari Inggris.
Sementara itu, ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat semakin memuncak. AS memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan senjata buatan Amerika, yang memicu kecemasan akan potensi perang nuklir. Meskipun ada ancaman dari Rusia mengenai penggunaan senjata nuklir, intelijen Amerika Serikat menilai bahwa kemungkinan perang nuklir dengan Rusia sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh upaya diplomatik dan taktik yang digunakan oleh negara-negara besar untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Namun, ketegangan ini tetap mengancam stabilitas global.
“Simak juga: Rudal Hipersonik Akan Banyak Uji Coba Usai Ditembak ke Ukraina”
Serangan udara dan rudal yang terus menerus dari Rusia tidak hanya merusak infrastruktur Ukraina, tetapi juga mengakibatkan jatuhnya korban sipil. Satu juta orang terputus aliran listriknya akibat serangan ke sektor energi Ukraina, dan banyak di antaranya yang terpaksa menghadapi suhu yang sangat dingin tanpa pemanas. Selain itu, banyak kota besar yang mengalami kerusakan parah, dengan korban tewas dan luka-luka yang terus meningkat.
Seiring dengan meningkatnya serangan Rusia, dukungan internasional terhadap Ukraina juga semakin kuat. Negara-negara Eropa, seperti Polandia dan negara-negara Nordik, berkomitmen untuk meningkatkan bantuan militer dan logistik kepada Ukraina, termasuk penyediaan lebih banyak amunisi dan peralatan militer. Di sisi lain, Amerika Serikat terus mendukung Ukraina dengan bantuan senjata dan pendanaan yang sangat besar, meskipun ada kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap hubungan dengan Rusia.
Perang Rusia-Ukraina masih terus berlanjut dengan eskalasi yang semakin mengkhawatirkan. Ancaman serangan dengan senjata hipersonik, potensi perang nuklir, serta kerugian besar yang dialami warga sipil menunjukkan bahwa konflik ini bisa menjadi lebih besar jika tidak ada upaya penyelesaian segera.