PolluxTier – Moyamoya merupakan salah satu penyakit langka yang menyerang pembuluh darah di otak. Penyakit ini ditandai dengan penyempitan progresif pada arteri karotis internal dan pembuluh darah utama yang menuju ke otak. Akibat penyempitan tersebut, tubuh secara alami mencoba membentuk pembuluh darah kecil baru. Namun pembuluh-pembuluh darah ini sangat rapuh. Mereka memiliki risiko tinggi pecah dan menyebabkan pendarahan otak. Nama “Moyamoya” sendiri berasal dari bahasa Jepang yang berarti “asap mengepul” karena gambaran radiologis dari pembuluh darah kecil tersebut menyerupai asap tipis.
Hingga kini, penyebab pasti Moyamoya belum sepenuhnya dipahami oleh dunia medis. Namun, beberapa studi menyebut bahwa faktor genetik memiliki peran penting dalam kemunculan penyakit ini. Dalam banyak kasus, penyakit Moyamoya ditemukan pada anggota keluarga dengan riwayat penyakit serupa. Selain faktor genetik, beberapa kondisi medis lain juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit ini. Misalnya, anemia sel sabit, sindrom Down, neurofibromatosis, dan hipertiroidisme. Faktor-faktor tersebut dapat memicu perubahan struktural pada pembuluh darah otak yang kemudian berkembang menjadi Moyamoya.
“Baca Juga : iPhone 17 Air: Apa yang Bisa Diharapkan dari Teknologi Terbaru Apple?”
Gejala Moyamoya dapat muncul secara bertahap maupun tiba-tiba. Salah satu gejala paling umum adalah stroke atau mini-stroke (transient ischemic attack) yang menyebabkan kelemahan pada salah satu sisi tubuh. Pasien juga bisa mengalami kesulitan berbicara, penglihatan kabur, atau kehilangan keseimbangan. Selain itu, beberapa pasien mengalami kejang sebagai gejala awal. Anak-anak biasanya lebih sering mengalami gejala stroke iskemik. Sedangkan pada orang dewasa, pendarahan otak menjadi manifestasi yang lebih sering terjadi. Gejala-gejala ini bisa kambuh berulang dalam waktu tertentu.
Untuk mendiagnosis Moyamoya, diperlukan pemeriksaan pencitraan otak seperti MRI dan MRA. MRI dapat menunjukkan area otak yang mengalami kerusakan akibat aliran darah yang terganggu. Sementara itu, MRA dapat memperlihatkan pola pembuluh darah khas Moyamoya. Selain itu, cerebral angiography sering dianggap sebagai metode paling akurat dalam mengidentifikasi pola pembuluh darah seperti “asap mengepul”. Pemeriksaan tambahan seperti CT scan, EEG, atau PET scan juga bisa dilakukan. Tujuannya adalah untuk memastikan tingkat keparahan dan kemungkinan komplikasi yang menyertai kondisi pasien.
“Simak juga: Pemain Kunci Manchester United di Final Liga Europa 2025”
Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan Moyamoya secara total. Namun pengobatan bertujuan untuk mencegah stroke dan memperbaiki aliran darah ke otak. Salah satu metode yang sering digunakan adalah operasi revaskularisasi. Operasi ini bertujuan menciptakan jalur baru bagi aliran darah agar sampai ke otak. Terdapat dua jenis operasi utama: langsung dan tidak langsung. Operasi langsung menghubungkan pembuluh darah di kulit kepala ke arteri otak secara langsung. Sedangkan metode tidak langsung melibatkan penempatan jaringan yang kaya pembuluh darah di permukaan otak agar tumbuh koneksi baru.
Selain pembedahan, pengobatan medis juga berperan penting dalam pengelolaan Moyamoya. Obat-obatan seperti aspirin dapat digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Beberapa pasien juga diberi obat antikejang jika mengalami kejang berulang. Terapi fisik dan okupasi dibutuhkan untuk membantu pemulihan fungsi tubuh yang terganggu akibat stroke. Pendekatan multidisiplin sangat disarankan dalam penanganan penyakit ini. Kolaborasi antara ahli bedah saraf, ahli saraf, ahli radiologi, dan terapis menjadi kunci dalam memberikan hasil terbaik bagi pasien.
Jika tidak ditangani, Moyamoya dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius. Risiko terbesar adalah stroke berulang yang bisa mengakibatkan kecacatan permanen. Selain itu, pendarahan otak dapat menyebabkan kematian mendadak. Pada anak-anak, penyakit ini juga dapat mengganggu perkembangan kognitif. Mereka bisa mengalami kesulitan belajar, gangguan konsentrasi, atau penurunan kemampuan motorik. Komplikasi lainnya termasuk epilepsi dan masalah emosional. Oleh karena itu, deteksi dini dan pengobatan cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang.
Penelitian mengenai Moyamoya terus berkembang dari waktu ke waktu. Para ilmuwan sedang mencari tahu faktor genetik spesifik yang menjadi pemicu utama penyakit ini. Di beberapa negara, uji genetik telah mulai digunakan untuk mendeteksi risiko Moyamoya dalam keluarga. Penelitian juga dilakukan untuk menciptakan teknik operasi yang lebih aman dan minim invasif. Harapannya, di masa depan pengobatan penyakit ini akan menjadi lebih efektif dan risiko komplikasi dapat ditekan lebih rendah. Teknologi imaging terbaru pun diharapkan bisa membantu diagnosis lebih akurat dan cepat.
Di Indonesia, kasus Moyamoya terbilang sangat jarang dan sering tidak terdiagnosis. Minimnya kesadaran serta keterbatasan fasilitas pencitraan menjadi kendala utama. Banyak pasien yang awalnya didiagnosis stroke biasa, padahal mengalami Moyamoya. Karena itulah edukasi kepada tenaga medis dan masyarakat menjadi penting. Rumah sakit besar di kota-kota besar mulai meningkatkan kemampuan diagnosis terhadap penyakit ini. Diharapkan dalam waktu dekat, lebih banyak pasien bisa mendapatkan penanganan tepat sebelum terjadi komplikasi parah.