PolluxTier – Baru-baru ini, pengadilan Rusia menjatuhkan denda fantastis kepada Google, mencapai USD 20 desilion (setara dengan angka 20 yang diikuti 33 nol). Denda ini tercatat sebagai yang terbesar dalam sejarah, jauh melampaui nilai pasar Google yang sekitar USD 2 triliun. Bahkan denda ini melebihi Produk Domestik Bruto (PDB) global yang diperkirakan sekitar USD 100 triliun.
Menurut laporan PC Mag, Jumat (1/11/2024), alasan utama di balik denda fantastis ini adalah pemblokiran 17 kanal YouTube milik stasiun TV lokal Rusia oleh Google. Raksasa teknologi tersebut dinilai mengabaikan perintah pengadilan untuk membuka kembali kanal-kanal tersebut.
Konflik ini bermula pada 2020 ketika YouTube memblokir kanal Tsargrad TV akibat sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat kepada pemilik stasiun TV itu. Selanjutnya, pengadilan Rusia menjatuhkan denda harian sebesar 100.000 rubel (sekitar USD 1.025), yang kemudian terus meningkat karena tidak dibayar.
Ketegangan semakin memanas setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, di mana YouTube memblokir lebih banyak kanal terkait, memicu gugatan dari sekitar 17 kanal YouTube Rusia. Para penggugat meminta Google untuk membuka kembali akses ke kanal mereka. “Google dipanggil oleh pengadilan Rusia sesuai Pasal 13.41 Kode Pelanggaran Administratif karena menghapus saluran di platform YouTube,” jelas Ivan Morozov, pengacara Rusia, kepada kantor berita TASS.
Selain denda, pengadilan juga memerintahkan Google untuk membuka kembali akses ke kanal-kanal yang telah dihapus. Jika perusahaan tersebut tidak membayar denda dalam waktu sembilan bulan, jumlah denda akan terus meningkat setiap hari.
Google sendiri telah menghentikan operasionalnya di Rusia sejak 2022 dan mengajukan kebangkrutan setelah aset senilai lebih dari USD 100 juta disita oleh otoritas setempat. Mengingat posisi Google yang sudah tidak lagi beroperasi di Rusia. Pertanyaannya adalah apakah perusahaan ini mampu memenuhi tuntutan tersebut atau justru akan memperpanjang konflik dengan risiko yang tidak dapat diprediksi.
“Baca Juga: Ruben Amorim Resmi Menjadi Pelatih Kepala Manchester United”
Di sisi lain, Google mulai memperketat kebijakan terkait akses aplikasi terhadap media di perangkat Android. Mulai awal 2025, hanya aplikasi dengan fungsi inti yang diizinkan untuk mengakses seluruh galeri pengguna, untuk melindungi privasi pengguna.
Google telah meminta para pengembang untuk mengadopsi API Android Photo Picker, fitur yang diperkenalkan di Android 13. Fitur ini memungkinkan aplikasi hanya mengakses foto atau video yang dipilih pengguna, bukan seluruh galeri perangkat.
Selama ini, beberapa aplikasi meminta akses penuh ke galeri pengguna. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh penjahat siber untuk mencuri data pribadi tanpa disadari. Dengan meningkatnya ancaman keamanan, Google merasa perlu untuk mengambil langkah-langkah perlindungan tambahan.
Mengutip Phone Arena, Selasa (22/10/2024), Google memberikan batas waktu hingga 31 Oktober 2024 bagi pengembang untuk menjelaskan alasan mereka memerlukan akses penuh ke media pengguna. Pengembang juga diminta menyerahkan formulir pernyataan untuk memastikan aplikasi mereka mematuhi kebijakan baru.
API Photo Picker memungkinkan aplikasi untuk meminta izin akses terbatas dan kontrol lebih penuh oleh pengguna. Dengan kebijakan baru ini, Google berharap dapat meningkatkan perlindungan privasi pengguna Android dan mengurangi risiko pencurian data.
“Simak Juga: Valencia MotoGP 2024 Officially Canceled Due to Flash Floods”