PolluxTier – Kemarahan konsumen terhadap Nike memuncak usai peluncuran NFT eksklusif yang dianggap tidak sesuai janji awal. Beberapa pengguna menuduh Nike menyesatkan publik lewat kampanye digital yang tidak transparan. Hal ini berujung pada gugatan hukum sebesar Rp 84 miliar yang diajukan oleh kelompok pembeli NFT tersebut. Para penggugat menilai nilai NFT merosot drastis setelah rilis dan fasilitas yang dijanjikan tidak diberikan. Nike hingga kini belum memberikan pernyataan lengkap tentang tanggapan atas tuntutan tersebut.
Nike sebelumnya menggandeng platform Web3 ternama untuk merilis NFT seri eksklusif. Dalam promosi awal, disebutkan bahwa pemilik NFT akan mendapat akses ke produk langka dan pengalaman VIP. Namun, kenyataannya NFT tersebut hanya memberikan sertifikat digital tanpa manfaat nyata. Banyak pembeli merasa tertipu karena ekspektasi yang dibentuk kampanye tidak terpenuhi. Harga NFT yang sebelumnya tinggi pun anjlok drastis di pasar sekunder.
“Baca Juga : Listrik PLN Diskon 50 Persen Januari – Februari 2025”
Beberapa pemilik NFT yang tergabung dalam komunitas daring akhirnya mengajukan tuntutan hukum bersama. Mereka menuntut ganti rugi senilai total Rp 84 miliar atas kerugian finansial dan psikologis. Dokumen gugatan menyebutkan bahwa Nike melakukan misleading advertising dan tidak menjalankan kewajiban moralnya. Selain itu, banyak yang kecewa karena pihak Nike sulit dihubungi setelah NFT resmi dirilis. Gugatan ini diajukan di pengadilan California, tempat kantor pusat digital Nike berada.
Di media sosial, reaksi terhadap kasus ini cukup beragam. Ada yang membela Nike dengan menyebut bahwa investasi NFT memang berisiko tinggi. Namun, lebih banyak warganet yang membela konsumen dan meminta transparansi penuh. Tagar #NikeNFTScam sempat menjadi trending topik di platform X dan Reddit. Banyak pengguna membagikan cerita mereka tentang kerugian akibat pembelian NFT tersebut. Komunitas kolektor kripto pun ikut merespons, menyarankan agar pembeli lebih teliti sebelum membeli NFT dari merek besar.
“Simak juga: Ruben Amorim Jaga Kebugaran Luke Shaw dengan Hati-hati”
Kasus ini menjadi pukulan keras bagi citra Nike yang selama ini dikenal sebagai brand inovatif. Reputasi mereka di kalangan penggemar teknologi dan Web3 mulai dipertanyakan. Beberapa pengamat menyebut Nike terlalu terburu-buru memasuki pasar NFT tanpa rencana matang. Apalagi, janji mengenai akses eksklusif produk tidak dibuktikan dengan sistem atau platform pendukung. Akibatnya, loyalitas konsumen justru berubah menjadi kekecewaan mendalam.
Salah satu poin utama dalam gugatan adalah janji Nike tentang akses produk langka. Para pembeli mengira akan mendapat kesempatan membeli sneakers terbatas sebelum publik umum. Tapi kenyataannya, tidak ada sistem prioritas atau undangan yang diberikan. Selain itu, janji tentang “pengalaman digital eksklusif” ternyata hanya berupa newsletter biasa. Hal ini menimbulkan kesan bahwa NFT hanya dijadikan alat promosi tanpa nilai nyata.
Dalam dunia NFT, beberapa brand lain telah berhasil mengelola ekspektasi konsumen dengan lebih baik. Misalnya, Adidas yang meluncurkan NFT dengan akses langsung ke produk fisik dan kolaborasi komunitas. Kontras ini membuat Nike terlihat kurang persiapan dalam peluncurannya. Para pembeli juga menyayangkan bahwa Nike tidak memberikan roadmap yang jelas. Tidak ada pembaruan signifikan sejak NFT dirilis, membuat banyak pihak merasa diabaikan.
Kasus ini membuka diskusi luas soal etika dan regulasi NFT di ranah komersial. Beberapa pihak menilai perlu adanya regulasi yang melindungi konsumen dari praktik misleading. Apalagi, NFT masih menjadi wilayah abu-abu dalam hukum konsumen di banyak negara. Gugatan terhadap Nike bisa jadi preseden hukum pertama dalam kasus NFT dari brand besar. Banyak pengacara teknologi ikut menyoroti proses ini sebagai langkah penting dalam perlindungan hak pembeli.
Setelah kasus ini mencuat, beberapa brand mulai meninjau ulang strategi NFT mereka. Mereka khawatir mengalami backlash serupa jika gagal memenuhi janji ke konsumen. Beberapa analis percaya bahwa proyek NFT ke depan akan lebih berhati-hati dan transparan. Konsumen kini lebih kritis terhadap manfaat riil yang diberikan dari kepemilikan NFT. Nike pun dituntut untuk segera memberi klarifikasi dan memperbaiki komunikasi mereka ke depan.