PolluxTier – Real Madrid dikenal sebagai klub yang memiliki sejarah panjang dengan pemain-pemain bintang. Tapi di tengah era superstar, Joselu menjadi pengecualian. Ia bukan bintang mahal. Tapi sempat menjadi penentu dalam momen-momen genting. Ketika Madrid kekurangan opsi penyerang murni, Joselu hadir sebagai solusi darurat yang justru bersinar. Kini, setelah kepergiannya, banyak yang merasa ada kekosongan. Madrid seolah kehilangan elemen kejutan yang dulu sempat menghidupkan kembali semangat permainan klasik mereka. Kepergian Joselu bukan sekadar hilangnya satu pemain, tapi juga hilangnya ritme.
Meski datang sebagai pemain pinjaman dari Espanyol, Joselu mampu membuktikan bahwa dirinya layak dipercaya. Ia mencetak gol-gol krusial di menit-menit akhir pertandingan. Salah satunya adalah brace melawan Bayern Munich yang membawa Madrid ke final Liga Champions musim lalu. Dalam situasi tegang, Joselu tampil tenang dan klinis. Ia dikenal sebagai striker dengan insting tajam, meski tanpa dribel ciamik atau kecepatan eksplosif. Keberadaannya di kotak penalti sering kali jadi momok bagi lawan. Kini, tanpa Joselu, Madrid seperti kehilangan opsi plan B yang efektif.
“Baca Juga : Honor Power Rilis Resmi dengan Fokus Daya Tahan”
Setelah kepergian Joselu, Madrid mencoba mengandalkan kombinasi pemain muda seperti Arda Güler, Brahim Díaz, dan Rodrygo. Mereka memang bertalenta. Tapi belum cukup matang untuk mengemban tanggung jawab berat sebagai ujung tombak. Terutama dalam laga-laga yang ketat dan butuh penyelesaian cepat di kotak penalti. Carlo Ancelotti mencoba berbagai skema. Tapi belum menemukan formula yang benar-benar stabil. Madrid terlalu mengandalkan permainan kombinasi tanpa kehadiran striker murni yang bisa jadi titik akhir serangan.
Real Madrid dikenal dengan sepak bola menyerang yang penuh variasi. Namun sejak ditinggal Joselu, permainan mereka mulai terlihat monoton. Banyak peluang tercipta, tapi tidak ada eksekutor yang benar-benar klinis. Gol-gol Madrid kini lebih sering berasal dari lini tengah atau bek yang naik ke depan. Hal ini menunjukkan bahwa tim kehilangan penyerang yang mampu mengkonversi peluang menjadi gol secara konsisten. Bahkan dalam pertandingan melawan tim papan bawah, Madrid terlihat kesulitan mencetak gol. Ini menjadi alarm serius bagi klub yang ingin mempertahankan reputasinya.
“Simak juga: Shou Zi Chew Tampil di Acara Pelantikan Trump”
Kepergian Joselu menjadi sorotan media dan fans. Banyak yang menyayangkan keputusan klub yang tidak mempermanenkannya. Terutama setelah kontribusi besar musim lalu. Beberapa jurnalis menilai bahwa manajemen Madrid terlalu fokus pada transfer jangka panjang. Tanpa mempertimbangkan kebutuhan taktis jangka pendek. Di media sosial, tagar #BringBackJoselu sempat trending di kalangan fans Madrid. Mereka melihat Joselu sebagai pemain yang memberi warna dan semangat berbeda. Kehadirannya tak hanya teknis, tapi juga emosional bagi skuad.
Manajemen Madrid memang tengah fokus membangun skuad masa depan. Termasuk mendatangkan wonderkid seperti Endrick dan mempertahankan Bellingham. Namun, pendekatan ini tidak serta-merta menjawab kebutuhan langsung. Posisi striker murni masih kosong. Beberapa nama sempat dikaitkan dengan klub. Seperti Kylian Mbappé dan Erling Haaland. Tapi sampai saat ini, belum ada yang datang. Sementara itu, tim harus tetap bertarung di berbagai kompetisi. Tanpa striker andalan, beban makin besar di pundak pemain-pemain yang bukan spesialis lini depan.
Joselu mungkin bukan top scorer atau pemain terbaik musim lalu. Tapi kontribusinya terasa dalam momen-momen kunci. Ia memberi kemenangan, bukan hanya lewat gol, tapi lewat timing yang tepat. Kehadirannya membuat Madrid punya kedalaman skuad yang berfungsi. Kini, momen-momen itu hilang. Dalam beberapa laga terakhir, Madrid kehilangan banyak poin karena gagal memanfaatkan peluang. Situasi ini membuka diskusi soal pentingnya pemain pelapis yang bisa mengubah jalannya pertandingan. Bukan hanya bintang utama yang selalu tampil dari awal.