PolluxTier – Legenda gulat dunia, Hulk Hogan, meninggal dunia pada usia 71 tahun akibat henti jantung atau cardiac arrest. Kabar ini dikonfirmasi langsung oleh Kepolisian Clearwater, Florida, setelah menerima laporan medis pada Rabu pagi, 23 Juli 2025. Tim medis darurat dan pemadam kebakaran merespons cepat panggilan darurat pada pukul 09.51 pagi waktu setempat, dan Hogan dinyatakan meninggal pada pukul 11.17 siang di Morton Plant Hospital.
“Baca Juga : Menaker Evaluasi Jaminan Pensiun BPJS, Soroti Rendahnya Kepesertaan“
Sebelum kepergiannya, Hogan diketahui menjalani operasi leher pada Juni 2025 yang disebut berhasil. Namun, rumor seputar kondisi kesehatannya terus menyebar luas di media sosial. Meski sempat dibantah oleh sahabatnya, Jimmy Hart, dua hari sebelum kematian, laporan medis menyebutkan penyebab pasti adalah henti jantung yang terjadi secara mendadak.
Henti jantung atau cardiac arrest terjadi ketika jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba atau berdetak dengan ritme tidak teratur sehingga tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya, otak dan organ vital lainnya tidak mendapat oksigen, dan penderitanya kehilangan kesadaran dalam hitungan detik. Kondisi ini berbeda dari serangan jantung yang umumnya disebabkan oleh penyumbatan arteri.
“Simak Juga : Waspadai Dampak Kelebihan Vitamin B6: Bisa Sebabkan Kerusakan Saraf Permanen“
Gejala henti jantung bisa muncul tanpa peringatan. Beberapa tanda seperti kehilangan kesadaran mendadak, tidak bernapas, atau denyut nadi yang hilang menjadi indikator utama. Sebelumnya, penderita juga bisa mengalami nyeri dada, jantung berdebar, sesak napas, hingga mual. Sayangnya, banyak yang mengabaikan tanda-tanda ini karena tampak sepele di awal.
Beberapa kondisi medis dapat meningkatkan risiko henti jantung, seperti penyakit jantung koroner, kardiomiopati, kelainan katup jantung, serta gangguan ritme jantung bawaan. Selain itu, faktor gaya hidup seperti obesitas, diabetes, penggunaan narkoba, dan stres ekstrem juga dapat memperparah potensi henti jantung secara tiba-tiba.
Saat seseorang kolaps dan tidak sadarkan diri, segera hubungi layanan medis darurat. Lakukan CPR (resusitasi jantung paru) dan gunakan AED (alat kejut jantung) jika tersedia. Menurut Cleveland Clinic, setiap menit tanpa penanganan menurunkan kemungkinan bertahan hidup hingga 10%. Karena itu, respons cepat dan tepat sangat krusial dalam kasus seperti ini.
Bagi yang selamat dari henti jantung, pemulihan tidaklah mudah. Mereka bisa mengalami kerusakan otak karena kurangnya oksigen, gangguan daya ingat, hingga gangguan emosional seperti depresi atau kecemasan. Rehabilitasi jantung dan terapi lanjutan sangat penting untuk memperbaiki kualitas hidup dan mencegah kejadian berulang.