
PolluxTier – Banyak perempuan percaya bahwa terlalu sering mengonsumsi daging merah atau daging olahan seperti sosis dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Namun, menurut dr. Rosary, General Practitioner Breast Cancer Care Alliance MRCCC Siloam, anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Ia menegaskan, konsumsi daging tidak langsung menyebabkan kanker, melainkan berkaitan dengan faktor risiko lain, seperti obesitas dan ketidakseimbangan hormon.
“Mungkin kaitannya bukan pada daging secara langsung, tapi pada obesitas,” ujarnya dalam acara Health Talk Langkah Nyata Lawan Kanker Payudara yang digelar oleh Siloam Hospitals secara daring, Kamis (6/11/2025). Menurutnya, gaya hidup tidak sehat dan asupan berlebih justru menjadi akar persoalan. Oleh karena itu, keseimbangan gizi dan porsi makan menjadi kunci penting untuk mencegah penyakit ini.
dr. Rosary menjelaskan, hubungan antara daging dan kanker payudara lebih berkaitan dengan efeknya terhadap berat badan. Daging berlemak tinggi yang dikonsumsi berlebihan dapat memicu obesitas, yang merupakan salah satu faktor risiko utama kanker payudara.
“Bukan cuma karena daging, tapi karena obesitas,” tegasnya. Ia menyebut sekitar 60 persen kasus kanker payudara pada perempuan berhubungan dengan hormon estrogen dan progesteron. Saat seseorang mengalami kelebihan berat badan, jumlah lemak tubuh meningkat dan menyebabkan produksi estrogen berlebih. Hormon ini berperan dalam pertumbuhan sel payudara.
Karena itu, menjaga berat badan ideal sangat penting. Kombinasi pola makan sehat, olahraga rutin, dan asupan daging dalam porsi wajar akan membantu menjaga keseimbangan hormon sekaligus menekan risiko kanker.
“Baca Juga : Tangis Haru Sambut Kepulangan Bilqis, Balita Korban Dugaan TPPO di Makassar”
Dalam penjelasannya, dr. Rosary memaparkan bahwa hormon estrogen tidak hanya dihasilkan oleh indung telur, tetapi juga oleh sel lemak. Semakin tinggi kadar lemak dalam tubuh, semakin banyak estrogen yang dihasilkan. Kondisi ini bisa memicu pertumbuhan sel abnormal di jaringan payudara.
“Sel lemak kita selain dari indung telur yang menghasilkan estrogen, juga ikut memproduksinya,” ujarnya. Inilah sebabnya, perempuan dengan lemak tubuh tinggi cenderung memiliki risiko lebih besar terhadap kanker payudara.
Untuk itu, ia menyarankan agar pola makan tidak hanya memperhatikan jumlah daging, tetapi juga kualitas asupan gizi secara keseluruhan. Asupan tinggi serat dari buah dan sayur dapat membantu menyeimbangkan kadar hormon, sementara olahraga berperan dalam mengurangi lemak tubuh yang memicu peningkatan estrogen.
Selain lemak, makanan olahan dan berpengawet juga perlu diwaspadai. Menurut dr. Rosary, bahan pengawet dan zat kimia yang terkandung dalam daging olahan dapat menimbulkan reaksi oksidatif di dalam tubuh. Proses oksidasi yang berlebihan berpotensi merusak sel dan memicu mutasi genetik dalam jangka panjang.
“Pengawet mengandung oksidan tinggi yang bisa menyebabkan mutasi sel secara tidak langsung,” jelasnya. Dalam kondisi tertentu, mutasi tersebut dapat berkembang menjadi kanker. Karena itu, ia menyarankan untuk membatasi konsumsi makanan olahan, termasuk sosis, nugget, atau daging asap.
Sebagai gantinya, pilih sumber protein segar seperti ikan, ayam tanpa kulit, atau daging sapi tanpa lemak. Memasak dengan cara dikukus atau direbus juga lebih sehat dibanding menggoreng dengan minyak banyak.
“Simak Juga : Cucu Soeharto Berharap Sang Kakek Raih Gelar Pahlawan Nasional”
Lebih jauh, dr. Rosary menegaskan bahwa risiko kanker payudara tidak ditentukan oleh satu jenis makanan tertentu. Penyakit ini lebih dipengaruhi oleh pola hidup secara keseluruhan. Konsumsi daging dalam porsi wajar tidak berbahaya selama diimbangi dengan kebiasaan sehat.
“Kalau makan daging tapi tidak menjaga gaya hidup, ya tetap berisiko karena bisa menyebabkan obesitas,” ujarnya. Ia menambahkan, aktivitas fisik rutin, pola tidur cukup, serta menghindari stres berlebih juga penting untuk menjaga kesehatan hormonal.
Selain itu, perempuan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan payudara secara berkala agar deteksi dini bisa dilakukan. Dengan langkah-langkah sederhana, risiko kanker payudara dapat ditekan tanpa harus menghindari jenis makanan tertentu sepenuhnya.
Sampai saat ini, belum ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa makan daging merah secara langsung menyebabkan kanker payudara. Namun, kebiasaan makan berlebihan, terutama makanan berlemak dan berpengawet, memang dapat memicu kenaikan berat badan dan ketidakseimbangan hormon.
dr. Rosary mengingatkan agar masyarakat lebih fokus pada pola makan seimbang dan aktivitas fisik yang konsisten. Ia juga menekankan pentingnya edukasi kesehatan, agar masyarakat tidak mudah termakan mitos yang menyesatkan.
“Kuncinya bukan pada satu makanan, tapi keseimbangan. Karena dari pola makan yang baik, kita bisa menjaga tubuh tetap sehat dan terhindar dari risiko kanker,” tutupnya dengan penuh harapan.