PolluxTier – Badan Gizi Nasional (BGN) mengambil langkah tegas dengan menghapus sebanyak 1.414 usulan mitra Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) karena tidak menunjukkan perkembangan selama lebih dari 45 hari. Keputusan ini diumumkan langsung oleh Wakil Kepala BGN, Sony Sonjaya, dalam keterangan resminya pada Sabtu, 18 Oktober 2025. Langkah ini merupakan bagian dari evaluasi menyeluruh terhadap proses pengajuan SPPG untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dari sudut pandang saya, langkah ini terkesan tegas namun penting, mengingat program MBG menyasar kelompok rentan seperti balita, ibu hamil, dan peserta didik, yang membutuhkan pelayanan gizi berkualitas dan konsisten. Menghapus mitra yang tidak serius adalah cara bijak untuk memberi ruang bagi pihak yang benar-benar siap berkontribusi.
Sony menjelaskan bahwa usulan yang tidak menunjukkan progres justru menghambat calon mitra lain yang serius ingin membangun fasilitas SPPG. Dengan ratusan ribu calon penerima manfaat yang bergantung pada keberhasilan program MBG, waktu menjadi faktor yang sangat krusial. Dalam konteks ini, BGN jelas tidak bisa membiarkan sistem tersumbat oleh mitra pasif. Ini bukan hanya soal efisiensi birokrasi, tapi juga soal keadilan akses. Bayangkan jika satu kecamatan kekurangan SPPG karena slot-nya diambil oleh mitra yang tak bergerak dampaknya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat setempat. Menurut saya, sistem berbasis kinerja seperti ini seharusnya menjadi standar dalam program sosial berskala besar.
“Baca Juga : Teluk Pangpang: Konservasi Mangrove yang Mengubah Wajah Pesisir”
Sony turut menekankan bahwa proses pengajuan mitra SPPG tidak bisa dilakukan sembarangan. Ada dua tahap penting yang harus dilalui, yakni verifikasi pengajuan dan proses persiapan pembangunan. Hanya calon mitra yang telah lolos tahap pertama yang boleh melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu membangun atau merenovasi bangunan untuk menjadi unit SPPG. Prosedur ini memastikan bahwa hanya mitra dengan kesiapan administrasi dan teknis yang dapat melanjutkan proses. Secara pribadi, saya mendukung pendekatan bertahap seperti ini. Dalam skema besar seperti MBG, transparansi dan seleksi ketat menjadi kunci agar tidak terjadi penyimpangan atau pemborosan anggaran.
Hingga saat ini, portal mitra SPPG masih ditutup sementara sebagai bagian dari proses analisis dan evaluasi terhadap ribuan pengajuan yang masuk. Menurut BGN, pembukaan kembali pendaftaran akan dilakukan secara bertahap dan hanya untuk wilayah kecamatan yang memang masih kekurangan unit SPPG. Pendekatan berbasis kebutuhan ini terasa sangat logis. Mengapa membiarkan wilayah dengan kelebihan SPPG sementara ada kecamatan yang sama sekali belum terlayani? Saya kira ini adalah bentuk pemerataan layanan berbasis data yang patut diapresiasi. Pemerintah tidak hanya fokus pada kuantitas, tetapi juga distribusi yang tepat sasaran.
“Simak Juga : Paket Stimulus Ekonomi: BLT & Pemagangan untuk Masyarakat”
Satu poin penting yang ditegaskan Sony adalah larangan keras bagi calon mitra yang belum lolos verifikasi untuk membangun atau merenovasi fasilitas. Tindakan ini bisa jadi tampak membatasi, namun sebenarnya sangat diperlukan untuk menjaga standar kualitas dan integritas program MBG. Jika semua pihak bebas membangun tanpa kontrol, maka kualitas layanan bisa sangat bervariasi, bahkan membahayakan kesehatan masyarakat. Saya setuju bahwa kontrol seperti ini penting. Bagaimanapun, fasilitas SPPG akan berinteraksi langsung dengan kelompok paling rentan di masyarakat. Maka standarnya pun harus setinggi-tingginya, tidak hanya dari sisi gizi, tapi juga kebersihan, keamanan, dan kelayakan infrastruktur.
Dengan langkah tegas menghapus 1.414 usulan tidak aktif dan memperketat proses verifikasi, BGN menunjukkan komitmennya dalam membangun ekosistem pemenuhan gizi yang profesional, tertib, dan berkelanjutan. Program Makan Bergizi Gratis bukanlah sekadar proyek populis ia adalah investasi jangka panjang untuk generasi masa depan. Namun agar berhasil, dibutuhkan lebih dari sekadar anggaran. Butuh sistem yang disiplin, mitra yang andal, dan proses evaluasi yang berani. Dalam konteks ini, saya percaya BGN sedang berada di jalur yang benar. Dan jika terus dijalankan dengan konsistensi, program MBG bisa menjadi model percontohan pelayanan gizi publik di level global.