PolluxTier – Pada awal pekan ini, nilai tukar dolar Amerika Serikat kembali menunjukkan taringnya terhadap rupiah. Berdasarkan data dari Bloomberg pada Senin (21/7/2025), dolar AS dibuka menguat 35 poin atau 0,21 persen dari penutupan perdagangan sebelumnya. Dengan demikian, mata uang Negeri Paman Sam kini berada di level Rp 16.331 per dolar, melanjutkan tren tekanan terhadap rupiah sejak pekan lalu.
Sementara itu, dolar AS juga menunjukkan performa kuat terhadap sejumlah mata uang utama di kawasan Asia. Misalnya, terhadap dolar baru Taiwan tercatat menguat sebesar 0,12 persen, selain itu, terhadap won Korea Selatan, mata uang ini naik tipis sebesar 0,01 persen. Secara keseluruhan, tren positif ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan pasar terhadap dolar di tengah ketidakpastian global.
“Baca juga : Kenaikan Signifikan Harga Emas Antam Hari Ini“
Di sisi lain, penguatan dolar AS juga terlihat jelas terhadap yuan China dan rupee India. Keduanya mengalami tekanan masing-masing sebesar 0,03 persen dan 0,09 persen. Oleh karena itu, hal ini memperkuat posisi dolar sebagai aset safe haven yang kembali diminati oleh investor, seiring dengan meningkatnya tensi geopolitik dan fluktuasi ekonomi global.
“Simak Juga : Liverpool Serius Incar Rodrygo, Tapi Harus Jual Diaz dan Nunez Dulu!“
Tidak hanya itu, di kawasan Asia Tenggara, dolar AS tercatat menguat atas baht Thailand sebesar 0,12 persen dan atas dolar Hong Kong sebesar 0,02 persen. Bahkan, terhadap dolar Australia, mata uang AS ini berhasil naik 0,08 persen. Dengan kata lain, kinerja ini menunjukkan daya tarik dolar di tengah kebijakan moneter yang masih cenderung ketat dari The Fed.
Meski demikian, sebagian mata uang regional justru mencatatkan penguatan terhadap dolar AS. Tercatat, mata uang ini melemah terhadap peso Filipina sebesar 0,07 persen dan terhadap ringgit Malaysia sebesar 0,08 persen. Selain itu, terhadap yen Jepang, dolar mengalami penurunan signifikan sebesar 0,23 persen, serta turun 0,05 persen terhadap dolar Singapura.
Akibatnya, kondisi ini menjadi ujian tersendiri bagi stabilitas rupiah. Untuk itu, Bank Indonesia perlu mencermati arah kebijakan suku bunga global dan kesiapan cadangan devisa nasional. Intervensi pasar maupun bauran kebijakan moneter menjadi kunci untuk menjaga volatilitas nilai tukar agar tidak berdampak negatif terhadap perekonomian dalam negeri.