PolluxTier – Di tengah gempuran belanja online yang semakin mudah dan praktis, belanja offline ternyata masih memegang tempat tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Alphonzus Widjaja, Ketua Umum APBI, mengungkapkan bahwa asumsi belanja online akan mematikan pusat perbelanjaan tidak sepenuhnya benar. Ia melihat bahwa masyarakat masih merindukan interaksi langsung menyentuh barang, mencoba produk, hingga menikmati suasana mall yang hidup. Selain itu, belanja offline memberi ruang bagi konsumen untuk lebih yakin sebelum membeli. Dalam banyak kasus, pengalaman itu justru menjadi alasan mereka kembali memilih berbelanja secara langsung. Meskipun teknologi memudahkan banyak hal, kebutuhan untuk merasakan koneksi nyata tetap menjadi bagian dari pola belanja masyarakat di Indonesia.
Keterbatasan Logistik Bikin Belanja Online Belum Optimal
Belanja online memang menarik karena efisiensinya. Namun, Alphonzus menegaskan bahwa sistem logistik Indonesia masih memiliki tantangan yang membuat belanja daring belum sepenuhnya optimal. Indonesia sebagai negara kepulauan menghadapi biaya distribusi yang tidak murah, bahkan untuk pengiriman antar kota dalam satu provinsi. Bagi sebagian konsumen, ongkos kirim yang tinggi justru membuat total belanja menjadi lebih mahal dibanding belanja langsung di toko. Di banyak daerah, jaringan logistik belum merata sehingga barang bisa tiba jauh lebih lama. Hal-hal inilah yang menjadi pengingat bahwa berbelanja online tidak selalu menjadi pilihan terbaik bagi semua orang.
“Baca Juga : Tampilan Resmi Rich Paul x New Balance 2010 “Plum Brown” Akhirnya Dirilis”
Harga Menarik Tetapi Tidak Selalu Efisien di Dompet
Banyak orang memilih belanja online karena harga yang lebih murah. Namun kondisi tersebut tidak selalu sejalan dengan kenyataan di lapangan. Barang yang terlihat murah di layar ponsel bisa berubah menjadi mahal ketika ditambah biaya kirim atau pengemasan. Bahkan dalam beberapa kasus, pembeli harus membayar biaya tambahan jika lokasi mereka dianggap jauh dari pusat distribusi. Belum lagi risiko barang tidak sesuai gambar, rusak saat perjalanan, atau terlambat tiba. Situasi ini membuat banyak konsumen lebih nyaman mendatangi toko fisik untuk memastikan kualitas barang sebelum membayar. Pada akhirnya, mereka merasa belanja offline jauh lebih efisien dan mengurangi risiko kekecewaan.
Pengalaman Belanja yang Tidak Bisa Digantikan Teknologi
Salah satu alasan kuat mengapa belanja offline tetap populer adalah pengalaman emosional yang ditawarkannya. Mengunjungi mall, berjalan sambil melihat etalase, mencoba produk, hingga berbincang langsung dengan penjual memberikan sensasi yang tidak dapat dicapai melalui layar. Banyak orang menjadikan aktivitas belanja sebagai bentuk rekreasi atau healing kecil di sela kesibukan. Selain itu, belanja langsung memberi kepuasan instan karena pembeli dapat membawa pulang barang saat itu juga tanpa menunggu. Kualitas pengalaman ini membangun ikatan emosional yang tidak bisa ditiru oleh sistem e-commerce sebaik apa pun.
Belanja Offline Tetap Mendominasi di Banyak Daerah
Menurut Alphonzus, belanja offline masih mendominasi di wilayah yang memiliki infrastruktur logistik kurang memadai. Di luar kota besar, masyarakat cenderung memilih belanja langsung karena prosesnya lebih cepat dan dapat diandalkan. Bahkan di kota-kota besar sekalipun, tidak sedikit konsumen yang tetap mendatangi toko karena merasa lebih aman dan nyaman. Mereka tidak perlu memikirkan keterlambatan kurir, alamat sulit dijangkau, atau barang yang hilang. Di pusat perbelanjaan, semua proses terjadi secara langsung dan transparan. Inilah yang membuat belanja offline terus menjadi bagian penting dalam perilaku belanja masyarakat Indonesia.
Masa Depan: Sinergi antara Online dan Offline
Meski kedua jenis belanja sering dibandingkan, banyak pakar sepakat bahwa masa depan justru terletak pada kolaborasi antara online dan offline. Mall kini mulai bertransformasi menjadi ruang gaya hidup yang tidak hanya menyediakan toko fisik, tetapi juga pengalaman yang memperkaya interaksi sosial. Di sisi lain, platform online menyediakan kenyamanan dalam memilih dan mencari informasi. Ketika keduanya saling melengkapi, konsumen bisa menikmati manfaat dari dua dunia sekaligus. Alphonzus meyakini bahwa tren ini akan membuat pusat perbelanjaan tetap relevan, sekaligus mendorong e-commerce berkembang lebih sehat dan terarah.